Gentra.id — Ratusan pelajar dari berbagai SMA dan SMK di Kota Tasikmalaya turun langsung ke ruang publik dalam aksi bersih-bersih massal bertajuk Gerakan Serempak Tasik Bersih (Gersik). Kegiatan yang dipusatkan di kawasan Dadaha dan area Taman Kota ini menjadi upaya nyata Forum Pelajar Tasikmalaya dalam mengajak generasi muda peduli terhadap kondisi lingkungan serta mengembalikan citra Tasikmalaya sebagai kota yang resik dan tertib.
Kepedulian Pelajar Melawan Masalah Sampah Kota
Aksi yang digelar pada Sabtu, 29 November 2025 ini bukan sekadar kegiatan rutin atau seremoni belaka. Para pelajar datang sebagai relawan muda, membawa kantong sampah, sarung tangan, hingga alat sederhana untuk memungut sampah. Suasana pagi di area Dadaha terlihat hidup; para peserta menyusuri jogging track, area parkir, hingga titik-titik yang selama ini dikenal rawan tumpukan sampah.
Ketua Forum Pelajar Tasikmalaya, Fanny Fauziah, menjelaskan bahwa kegiatan ini lahir dari keprihatinan terhadap kondisi sampah kota yang dinilai semakin mengkhawatirkan. Menurutnya, tumpukan sampah di ruang publik bukan hanya merusak pemandangan, tetapi juga berpotensi memicu banjir, menimbulkan bau tidak sedap, hingga mencemari lingkungan.
“Kami ingin mengembalikan citra Tasikmalaya sebagai kota resik. Pelajar harus ikut terlibat karena ini menyangkut masa depan kami juga.” ujar Fanny.
Kawasan Dadaha dipilih sebagai titik utama aksi karena merupakan ruang publik yang paling dikenal dan menjadi wajah kota. Aktivitas olahraga dan rekreasi yang berlangsung setiap hari membuat area ini penting untuk dijaga kebersihannya. Selain itu, rute kegiatan dari Taman Kota menuju Dadaha menjadi simbol pergerakan pelajar yang menyusuri jantung kota untuk menegaskan ajakan peduli lingkungan.
Wakil Wali Kota Turun Langsung Berbaur dengan Pelajar
Aksi ini juga menarik perhatian karena dihadiri oleh Wakil Wali Kota Tasikmalaya, Dicky Chandra, bersama istrinya, Rani Permata. Kehadiran mereka memberikan dukungan moral sekaligus menunjukkan bahwa isu kebersihan tidak bisa hanya dibebankan kepada petugas kebersihan, tetapi membutuhkan partisipasi seluruh warga.
Dalam sambutannya, Dicky Chandra menyampaikan apresiasi kepada Forum Pelajar Tasikmalaya. Ia menyebut gerakan ini sebagai sinyal positif bahwa kesadaran lingkungan di kalangan generasi muda semakin tumbuh. Kehadirannya, kata dia, bukan sekadar simbolis, tetapi bentuk tanggung jawab moral pemerintah untuk memastikan ruang publik tetap terjaga.
Namun, di tengah apresiasi tersebut, muncul sorotan bahwa kegiatan ini tidak dihadiri oleh perwakilan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tasikmalaya, instansi yang secara struktural memiliki tanggung jawab langsung dalam urusan kebersihan kota. Dalam sambutannya, Dicky Chandra menyebut dirinya “bangga, tetapi juga malu” atas absennya pihak DLH.
“Saya bangga, tapi juga malu,” ucapnya di sela kegiatan. “Bangga karena pelajar punya kepedulian tinggi, tapi saya juga malu karena tidak ada pihak pemerintah, khususnya DLH, yang hadir bersama adik-adik.”
Ia menekankan bahwa kegiatan seperti ini seharusnya mendapat dukungan penuh dari instansi teknis, terutama dalam aspek pengangkutan sampah, pendampingan lapangan, dan penyediaan perlengkapan kebersihan. Menurutnya, ketidakhadiran DLH menunjukkan kurangnya kepekaan terhadap inisiatif masyarakat, khususnya generasi muda yang justru menunjukkan kepedulian tinggi terhadap lingkungan.
Meski tanpa kehadiran DLH, para pelajar tetap menjalankan aksi dengan penuh tanggung jawab. Kantong-kantong besar terisi penuh dengan sampah yang dikumpulkan dari berbagai sudut Dadaha. Banyak peserta yang mengaku terkejut melihat jumlah sampah yang ternyata cukup banyak dan tersembunyi di tempat-tempat yang selama ini luput dari perhatian.
Dari Aksi Satu Hari Menjadi Gerakan Berkelanjutan
Forum Pelajar Tasikmalaya berharap Gerakan Serempak Tasik Bersih tidak berhenti sebagai kegiatan satu hari, tetapi dapat menjadi gerakan berkelanjutan. Mereka menargetkan kegiatan lanjutan di tingkat sekolah hingga kampanye publik yang lebih luas untuk menumbuhkan budaya peduli lingkungan.
Di sisi lain, publik berharap pemerintah daerah khususnya DLH tidak hanya hadir dalam kegiatan besar, tetapi juga turun mendampingi inisiatif komunitas yang memiliki dampak langsung terhadap lingkungan kota. Tanpa dukungan institusional, gerakan bersih-bersih berbasis masyarakat dikhawatirkan tidak maksimal.
Gerakan Serempak Tasik Bersih menunjukkan bahwa pelajar dan masyarakat mampu hadir sebagai penggerak utama dalam upaya menjaga kebersihan kota. Semangat gotong royong mereka menjadi bukti bahwa perubahan bisa dimulai dari langkah-langkah kecil namun konsisten. Namun, kolaborasi antara masyarakat, komunitas, dan pemerintah tetap diperlukan agar gerakan ini berkelanjutan.






