Tasikmalaya – Rencana konser musisi Baskara Putra, yang dikenal dengan nama panggung Hindia, mendapat penolakan dari sebagian kelompok masyarakat di Kota Tasikmalaya. Acara musik yang sedianya digelar pada pertengahan Juli ini masih dalam tahap koordinasi, dan hingga kini belum ada keputusan resmi.
Penolakan tersebut disampaikan melalui surat keberatan sejumlah organisasi yang menyebut kekhawatiran terhadap beberapa lirik lagu Hindia. Namun, di tengah penolakan itu, muncul pula suara dukungan dari berbagai kalangan yang menilai kehadiran Baskara justru membawa pesan positif bagi generasi muda.
Azka Sudrajat, dari Forum Bhinneka Tunggal Ika, menekankan pentingnya melihat sosok Hindia secara utuh.
“Baskara Putra bukan hanya penyanyi, tetapi juga figur publik yang aktif menyuarakan isu-isu kemanusiaan, termasuk solidaritas terhadap Palestina,” kata Azka, Senin, (14/07/2025).
“Sikap beliau dalam membela Palestina menunjukkan bahwa anak muda Indonesia punya empati mendalam pada penderitaan rakyat di belahan dunia lain,” ujarnya.
Azka juga berharap semua pihak dapat menyikapi perbedaan pandangan secara bijak.
“Kalau memang ada hal-hal yang dianggap sensitif, sebaiknya dibicarakan bersama. Musik seharusnya bisa menjadi ruang edukasi dan pertemuan, bukan hanya hiburan,” tambahnya.
Hindia sendiri dikenal luas melalui karya-karyanya yang mencerminkan kegelisahan sosial, keberanian bersuara, serta kepedulian terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Banyak penggemar menyebut kehadirannya sebagai inspirasi bagi generasi muda yang ingin terlibat dalam aksi solidaritas, termasuk untuk Palestina.
Sejumlah penonton yang sudah merencanakan hadir juga menyampaikan harapannya agar konser tetap bisa berlangsung dengan suasana kondusif dan saling menghargai.
Baskara Putra, vokalis Hindia, sudah berulang kali menjelaskan makna dari lagu-lagu yang ia ciptakan. Seperti lagu Matahari Tenggelam yang dipersoalkan itu—lagu tersebut justru berbicara soal fenomena cyberbullying, kondisi nyata yang dialami anak muda hari ini.
Lagu-lagu Hindia banyak mengangkat tema psikologi anak muda, keresahan sosial, dan dinamika era digital. Ini adalah bentuk komunikasi kreatif yang lahir dari keresahan sosial, bukan ajakan ke arah kesesatan.