Gentra.id– Pembatalan konser musik yang menghadirkan Hindia, Feast, dan Lomba Sihir di Tasikmalaya memicu gelombang kekecewaan publik yang masif di ruang digital. GentraData menunjukkan lewat riset sentimen publik bahwa mayoritas warganet merespons insiden ini secara negatif.
GentraData memantau berbagai platform media sosial dan mencatat bahwa 65% warganet menyampaikan kekecewaan serta kritik tajam. Sementara itu, 25% warganet mendukung langkah Kapolres Tasikmalaya Kota, dan 10% lainnya bersikap netral.
Hilmi Alawi dari Divisi Riset GentraData menjelaskan bahwa mayoritas masyarakat merasakan langsung dampak pembatalan konser tersebut.
“Narasi negatif yang mendominasi mencakup kekecewaan terhadap pembatalan artis. Kritik terhadap ormas penolak konser, serta kekhawatiran bahwa citra Tasikmalaya semakin memburuk,” ujarnya, Jumat (18/07/2025).
GentraData juga menganalisis bahwa sentimen publik banyak berkaitan dengan persepsi terhadap reputasi kota. Ribuan cuitan dan unggahan memuat kata kunci seperti “malu”, “tidak maju”, dan “intoleran”. Hal ini menunjukkan bahwa masalah ini tidak sekadar menyangkut konser, tetapi juga menyentuh isu citra daerah. Kebebasan berekspresi, serta ruang kreatif anak muda.
Sejumlah ormas memicu polemik setelah menuding adanya unsur “satanic” dalam musik para musisi, meskipun mereka tidak menyampaikan bukti konkret. Tuduhan ini memicu perdebatan antara kelompok konservatif dan masyarakat yang mendukung kebebasan berkreasi.
Di tengah polarisasi, sebagian publik tetap mengapresiasi peran Kapolres Tasikmalaya Kota, AKBP Moh. Faruk Rozi, yang dianggap mampu menjaga kondusivitas dan mengambil keputusan dengan pendekatan tegas namun humanis. Meskipun begitu, sentimen negatif tetap mendominasi percakapan publik.
“Pemerintah daerah dan semua pihak perlu mencatat hal ini,” katanya.
“Sentimen ini mencerminkan kekhawatiran generasi muda terhadap pembatasan ruang ekspresi. Serta dampaknya terhadap wajah kota mereka di mata publik nasional,” pungkasnya.