China dan Beberapa Negara Balas Kebijakan Tarif Impor AS

Minggu, 6 April 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Perlawanan China Terhadap Kebijakan Kenaikan Tarif Impor AS (Foto: Ilustrasi)

i

Perlawanan China Terhadap Kebijakan Kenaikan Tarif Impor AS (Foto: Ilustrasi)

Gentra.id –Pemerintah China mengeluarkan respons atas kebijakan tarif impor yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Dengan menerapkan tarif tambahan sebesar 34 persen atas produk-produk asal AS. China mengambil langkah ini sebagai bentuk balasan atas kebijakan bea impor timbal balik yang diberlakukan oleh AS. Hubungan dagang antara kedua negara raksasa ini saling memengaruhi secara signifikan.

China saat ini menjadi eksportir terbesar kedua bagi AS setelah Meksiko. Sekaligus menjadi pasar ekspor ketiga terbesar bagi produk AS setelah Kanada dan Meksiko. Data menunjukkan bahwa China telah mengekspor barang senilai 426,9 miliar dolar AS ke AS. Meliputi ponsel pintar, furnitur, mainan, dan produk lainnya. Di sisi lain, China juga mengimpor barang dari AS seperti semikonduktor, bahan bakar fosil. Serta produk pertanian senilai 147,8 miliar dolar AS.

China Naikkan Tarif Impor Produk AS

Komite Tarif Dewan Negara China mengumumkan pada Jumat (4/4) bahwa mereka akan mengenakan tarif tambahan sebesar 34 persen. Berlaku untuk  semua produk asal AS, di luar tarif yang telah berlaku sebelumnya. China tetap mempertahankan kebijakan bebas bea dan keringanan tarif yang sudah ada.  Tetapi tidak akan memasukkan tarif tambahan ini dalam keringanan tersebut.

Pemerintah China memberlakukan kebijakan ini berdasarkan Undang-Undang Tarif, Undang-Undang Kepabeanan, dan Undang-Undang Perdagangan Luar Negeri China. Mereka juga mengklaim kebijakan tersebut sesuai dengan prinsip dasar hukum internasional. Tarif baru ini akan mulai berlaku pada 10 April 2025.

Kementerian Perdagangan China menegaskan bahwa mereka akan memasukkan 11 perusahaan asal AS ke dalam daftar “entitas yang tidak dapat diandalkan”. Artinya perusahaan-perusahaan tersebut tidak lagi bisa berbisnis di China atau dengan perusahaan asal China. Selain itu, China juga menambahkan 27 perusahaan ke dalam daftar pembatasan perdagangan dan memulai penyelidikan anti-monopoli terhadap anak perusahaan AS.

Bea Cukai China menghentikan impor ayam dari lima eksportir utama asal AS dan menangguhkan impor sorgum. Sementara itu, Kementerian Luar Negeri China menyatakan bahwa kebijakan tarif dari AS telah melanggar hak dan kepentingan sah berbagai negara. Mereka menilai AS telah merusak aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), sistem perdagangan multilateral, dan kestabilan ekonomi global.

Trump Beri Tanggapan Keras

Presiden AS Donald Trump segera merespons kebijakan China lewat media sosial Truth Social pada Jumat (4/4). Ia menulis, “China bermain dengan cara yang salah, mereka panik, satu-satunya hal yang tidak dapat mereka lakukan!”

Negara-Negara Lain Juga Lakukan Balasan

Kebijakan Trump juga memicu reaksi keras dari berbagai negara lain yang terdampak tarif tersebut. Berikut adalah tanggapan dari sejumlah negara:

Uni Eropa

Kepala Eksekutif Uni Eropa, Ursula von der Leyen, menyatakan bahwa Eropa tidak memulai konfrontasi dagang ini. Namun, ia menegaskan bahwa Uni Eropa telah menyiapkan rencana balasan yang kuat dan siap untuk mengambil langkah tegas jika diperlukan. Dalam pidatonya pada Selasa (1/4), von der Leyen menyebut bahwa kekuatan Eropa terletak pada perdagangan, teknologi, dan ukuran pasar mereka.

Kanada

Meski tidak langsung terdampak dari kebijakan tarif baru AS. Amerika Serikat sebelumnya telah mengenakan tarif atas produk baja, aluminium, dan komoditas lainnya dari Pemerintah Kanada. Sebagai tanggapan, Kanada memberlakukan tarif sebesar 25 persen terhadap kendaraan impor asal AS yang tidak memenuhi ketentuan perjanjian dagang CUSMA. Perdana Menteri Kanada, Mark Carney, mengumumkan bahwa kebijakan ini mulai berlaku pada Rabu (2/4).

Meksiko

Meksiko merupakan mitra dagang terbesar AS. Pada 2023, ekspor AS ke Meksiko mencapai lebih dari 322 miliar dolar. Sedangkan impor dari Meksiko mencapai lebih dari 475 miliar dolar. Trump menyatakan bahwa Meksiko telah gagal menghentikan masuknya fentanil dan imigrasi ilegal ke AS, sehingga ia memberlakukan tarif terhadap negara tersebut. Sebagai balasan, Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum menerapkan tarif atas seluruh barang impor dari AS sebesar 25 persen. Meski begitu, Sheinbaum menegaskan bahwa pemerintahnya lebih mengutamakan dialog daripada konfrontasi.

 

Follow WhatsApp Channel gentra.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Kecaman Santri Kepada Trans7 Mengalir Hingga Tasikmalaya
KPAD Dorong Pesantren Ramah Anak di Bungursari
Hotel Cordela Suites Tasikmalaya Bantu Atasi Krisis Darah di Priangan Timur
LMS 2025 Bahas Strategi Ketahanan dan Inovasi Media Lokal
Dari Ruang Kecil ke Gerakan Besar: Pers Mahasiswa Priangan Timur Bersatu di APM Priatim
Riset Gentra Data: 57,9 Persen Percakapan Publik soal MBG Bernada Negatif
Tuntut Kesejahteraan Jeritan Guru Madrasah Menggema di Jalanan
Alarm dari Tasikmalaya : MBG Bergizi di Atas Kertas Bermasalah di Lapangan

Berita Terkait

Kamis, 16 Oktober 2025 - 11:59 WIB

Kecaman Santri Kepada Trans7 Mengalir Hingga Tasikmalaya

Rabu, 15 Oktober 2025 - 22:11 WIB

KPAD Dorong Pesantren Ramah Anak di Bungursari

Rabu, 8 Oktober 2025 - 20:41 WIB

LMS 2025 Bahas Strategi Ketahanan dan Inovasi Media Lokal

Selasa, 7 Oktober 2025 - 16:16 WIB

Dari Ruang Kecil ke Gerakan Besar: Pers Mahasiswa Priangan Timur Bersatu di APM Priatim

Jumat, 3 Oktober 2025 - 11:29 WIB

Riset Gentra Data: 57,9 Persen Percakapan Publik soal MBG Bernada Negatif

Berita Terbaru

Aksi Forum santri Tasikmalaya kecam Tayangan stasiun televisi Trans7 (foto: Ali)

Berita

Kecaman Santri Kepada Trans7 Mengalir Hingga Tasikmalaya

Kamis, 16 Okt 2025 - 11:59 WIB

Monitoring dan evaluasi Program Pesantren Ramah Anak (PRA) (Foto: gentra.id)

Berita

KPAD Dorong Pesantren Ramah Anak di Bungursari

Rabu, 15 Okt 2025 - 22:11 WIB

(foto: ilustrasi)

Artikel

Gap Year Bukan Tentang Berhenti, Tapi Tentang Bertumbuh

Senin, 13 Okt 2025 - 23:59 WIB