Gentra.id-PC Fatayat NU Garut, PC Fatayat NU Tasikmalaya, dan Kelompok Lintas Iman Garut-Tasik memprakarsai Festival Toleransi, dengan dukungan dari JISRA (Joint Initiative for Strategic Religious Action)-PW Fatayat NU Jawa Barat. Kegiatan ini berhasil memperkuat nilai toleransi dan perdamaian. Kegiatan ini berlangsung di Garut, 23 November 2024.
Pada hari kedua, acara ini menghadirkan berbagai penampilan seni dan diskusi yang melibatkan narasumber dari kalangan penulis, seniman, dan peneliti. STIEBNU membuka Festival dengan lantunan merdu Hadroh, diikuti oleh penampilan Barongsai yang mencerminkan harmoni dan keberagaman budaya di Indonesia.
Acara utama berupa peluncuran buku “Perempuan-perempuan Penggerak Perdamaian” menjadi sorotan. Buku ini mengangkat kisah perempuan di akar rumput yang memperjuangkan toleransi dan perdamaian beragama. Sepuluh mitra JISRA, seperti Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, Institut DIAN/Interfidei. Lalu Jaringan Gusdurian, Fatayat NU Jawa Barat, Peace Generation. Kemudian AMAN Indonesia, Imparsial, Fahmina, dan Mosintuwu, berkontribusi dalam penulisan buku ini.
Mutiara Pasaribu dari JISRA Indonesia mengapresiasi para penulis. Menurutnya mereka mampu menunjukkan bahwa perempuan memiliki cara unik untuk berekspresi, salah satunya melalui tulisan. Susi Ivaty, pendiri Alif.id, menambahkan bahwa buku ini tidak hanya menjadi sarana penyembuhan. Fatayat NU berhasil mengangkat isu KBB yang jarang disentuh oleh Banom NU lainnya, dan buku ini membuktikannya.
Buku ini juga memberi inspirasi bagi generasi muda. Termasuk seorang penulis dari kalangan pelajar SMA, yang berani berbagi pengalaman menghadapi intoleransi. Iip D. Yahya dari NU Online Jabar menyebut cerita-cerita dalam buku tersebut penuh emosi yang mampu menggugah hati pembaca.
Setelah peluncuran buku, peserta membaca Deklarasi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB). Lintas iman se-Kabupaten Garut mewakili pembacaan Deklarasi ini. Termasuk FKUB, Katolik, Buddha, dan Konghuchu. Selain itu Fatayat NU, Wanita PUI, WKRI, IPM, Youth FKKG, Sesepuh Sunda Wiwitan, dan BEM STIEBNU.
Festival ini juga menghadirkan diskusi film yang membahas The Stoning of Soraya. Para narasumber, seperti Chotijah Fanaqi, Lidya Raturahmi, dan Ridian Gusdiana. Mereka menyoroti pesan-pesan film tersebut yang mengkritik patriarki dan menggambarkan perjuangan perempuan melalui karakter Zahra. Usama Ahmad Rizal dari Sajajar Garut serta pembuat film Husni Mubarok. Mereka turut menambahkan pandangan mereka tentang bias gender yang sering muncul dalam media.
Pameran kliping, fotografi bertema KBB, musikalisasi puisi, dan penampilan seni lintas iman turut menyemarakkan acara.
Festival Toleransi membuktikan komitmen Fatayat NU bersama komunitas lintas iman untuk memperkuat dialog inklusif dan mempromosikan keberagaman sebagai kekuatan bangsa. Fatayat NU bersama JISRA terus bekerja keras menjadikan toleransi dan perdamaian sebagai fondasi kokoh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.