Gentra.id– Kelompok seni etnik asal Tasikmalaya, Karinding Sadulur, kembali gagal. Gagal mewujudkan impian tampil di Festival Internasional Le Rêve de l’Aborigène di Airvault, Prancis. Keterbatasan dana membuat rencana keberangkatan mereka tertunda untuk keempat kalinya sejak pertama kali menerima undangan resmi dari panitia festival.
Karinding Sadulur telah menerima undangan sebagai delegasi budaya Indonesia untuk tampil di ajang internasional. Menampilkan karya musik tradisional berbasis warisan leluhur dan kearifan lokal. Namun, hingga mendekati hari pelaksanaan, kelompok ini belum memperoleh dukungan pendanaan yang cukup untuk menutupi biaya perjalanan dan logistik.
Sejak awal tahun, Karinding Sadulur bersama promotor budaya RANAGARA telah melakukan berbagai upaya. Mulai dari penggalangan dana hingga mengajukan dukungan ke berbagai pihak. Sayangnya, mereka belum berhasil memperoleh bantuan yang memadai.
“Kami tidak hanya ingin tampil di luar negeri, tapi juga menyampaikan pesan budaya Nusantara ke dunia. Tantangannya masih besar, terutama dalam hal pendanaan,” ujar Fiona Callaghan, selaku Promotor Budaya dari RANAGARA.
Fiona menegaskan bahwa perjuangan ini bukan akhir dari segalanya. Ia menyebut Karinding Sadulur sebagai bagian dari proses panjang pelestarian budaya. Budaya yang akan terus mencari jalan agar suara budaya Sunda bisa terdengar hingga ke mancanegara.
Kegagalan berangkat ke Prancis tidak membuat semangat para personel Karinding Sadulur padam. Edoy Ngalagena, penggagas utama Karinding Sadulur, menyampaikan bahwa kelompoknya akan terus bergerak dan berkarya. Meski belum bisa tampil secara internasional tahun ini.
“Panggung sebenarnya adalah ketika kita terus bergerak, berjuang, hidup, dan tidak berhenti berkarya,” tegas Edoy.
Karinding Sadulur dan RANAGARA menyampaikan apresiasi kepada berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dalam bentuk doa, semangat, dan bantuan materi. Mereka juga menegaskan komitmen untuk terus memperkenalkan budaya Sunda ke kancah global melalui musik Karinding.