Middle Child Syndrome: Dilema Anak Tengah yang Sering Terabaikan

Minggu, 2 Maret 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

(foto: ilustrasi)

i

(foto: ilustrasi)

Gentra.id– Pernahkah kamu merasa di rumah kakak selalu dianggap lebih dewasa dan jadi panutan, sementara adik mendapat perhatian lebih karena masih kecil?. Sementara itu, orang tua sering tidak memprioritaskan anak tengah. Nah, perasaan inilah yang disebut Middle Child Syndrome.

Anak tengah sering merasa seperti “terjebak” di antara kakak dan adiknya. Anak tengah tidak memikul tanggung jawab sebesar anak sulung, tetapi juga tidak menerima perhatian sebanyak si bungsu. Tapi, apakah Middle Child Syndrome ini benar-benar nyata atau hanya sekadar mitos? Bagaimana sebenarnya pengaruhnya terhadap anak tengah dalam jangka panjang? Yuk, kita bahas lebih dalam!

Pada tahun 1964, Alfred Adler mengembangkan teori tentang bagaimana urutan kelahiran memengaruhi kepribadian seseorang. Menurutnya, anak pertama sering merasa lebih berkuasa, sementara orang tua cenderung memanjakan anak bungsu. Sementara itu, orang tua sering mengabaikan anak tengah, meskipun mereka biasanya berusaha tetap tenang.

Teori ini membantu memahami bagaimana posisi dalam keluarga dapat membentuk kepribadian seseorang. Namun, penelitian setelahnya menunjukkan hasil yang beragam mengenai dampak urutan kelahiran terhadap psikologi seseorang.

Ciri-Ciri dan Karakter Anak Tengah

Kepribadian dan Emosi

Tekanan dari ekspektasi saudara sering membentuk kepribadian unik pada anak tengah. Anak tengah cenderung bersikap pemalu, mudah cemburu, atau bahkan cepat marah karena orang tua kurang memberikan perhatian. Akibatnya, mereka sering mengalami kesulitan dalam mengekspresikan perasaan secara terbuka.

Hubungan dengan Keluarga

Penelitian menunjukkan bahwa mereka lebih sering mengandalkan kakak atau adiknya saat menghadapi masalah. Hal ini yang menandakan adanya jarak emosional antara mereka dan orang tua.

Perilaku yang Muncul

Untuk mendapatkan perhatian, anak tengah bisa menunjukkan berbagai perilaku, baik yang positif maupun negatif. Beberapa berusaha bersaing dengan saudara, sementara yang lain mungkin cenderung memberontak demi menarik perhatian orang tua.

Dampak Middle Child Syndrome pada Orang Dewasa

Pengaruh Jangka Panjang

Jika orang tua kurang memperhatikan anak tengah sejak kecil, mereka bisa membawa perasaan tersebut hingga dewasa. Hal ini dapat memengaruhi rasa percaya diri dan memicu emosi negatif yang terus berlanjut.

Dalam Hubungan Sosial dan Pekerjaan

Anak tengah mungkin mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang kuat dengan teman atau rekan kerja. Ketika orang tua tidak memberikan cukup perhatian sejak kecil, anak tengah bisa membawa perasaan tidak diinginkan ke dalam interaksi sosial dan profesional mereka.

Perkembangan Emosional

Kurangnya perhatian di masa kecil dapat membuat anak tengah mengalami kecemasan dan depresi. Atau bahkan persaingan yang tidak sehat dalam berbagai aspek kehidupan. Mereka mungkin merasa kesulitan dalam mengelola emosi dan menjalin hubungan yang stabil.

Cara Mengatasi dan Mencegah Middle Child Syndrome

Memberikan Perhatian yang Seimbang

Orang tua perlu membagi perhatian secara adil agar anak tengah tidak merasa terabaikan. Orang tua yang menghabiskan waktu berkualitas secara khusus dengan anak tengah bisa membuat mereka merasa lebih dihargai.

Membangun Komunikasi Terbuka

Mendorong anak untuk berbicara tentang perasaan mereka sangat penting. Orang tua yang membangun komunikasi yang baik dapat memahami kekhawatiran anak tengah dan memastikan mereka mendapatkan perhatian.

Melibatkan dalam Kegiatan Keluarga

Mengadakan aktivitas bersama dapat membantu anak tengah merasa lebih terlibat dan mempererat hubungan dalam keluarga. Ini juga menciptakan kenangan berharga yang memperkuat ikatan antara saudara.

Orang tua bisa mencegah Middle Child Syndrome dengan pendekatan yang tepat. Anak tengah dapat tumbuh dengan kepercayaan diri yang lebih kuat serta memiliki hubungan yang sehat dengan keluarga dan teman-temannya.

 

 

Follow WhatsApp Channel gentra.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Tirto Adhi Soerjo: Dari Pena ke Perlawanan, Warisan yang Tak Pernah Padam
Gap Year Bukan Tentang Berhenti, Tapi Tentang Bertumbuh
“Lelah Tapi Harus Kuat”, Fenomena Powerless di Kalangan Gen Z
“Siliwangi Menggugat”, Mengukur Jurang antara Janji dan Kinerja Rektor
Kontroversi Vasektomi Sebagai Syarat Penerima Bansos
Blokade Israel Sebabkan Ribuan Anak Gaza Alami Malnutrisi Akut
Sejarah Hari Buruh di Dunia dan Indonesia
Sukatani Kembali Rilis Single ‘Tumbal Proyek’

Berita Terkait

Selasa, 14 Oktober 2025 - 11:35 WIB

Tirto Adhi Soerjo: Dari Pena ke Perlawanan, Warisan yang Tak Pernah Padam

Senin, 13 Oktober 2025 - 23:59 WIB

Gap Year Bukan Tentang Berhenti, Tapi Tentang Bertumbuh

Kamis, 9 Oktober 2025 - 20:26 WIB

“Lelah Tapi Harus Kuat”, Fenomena Powerless di Kalangan Gen Z

Jumat, 3 Oktober 2025 - 22:53 WIB

“Siliwangi Menggugat”, Mengukur Jurang antara Janji dan Kinerja Rektor

Kamis, 8 Mei 2025 - 22:19 WIB

Kontroversi Vasektomi Sebagai Syarat Penerima Bansos

Berita Terbaru

Aksi Forum santri Tasikmalaya kecam Tayangan stasiun televisi Trans7 (foto: Ali)

Berita

Kecaman Santri Kepada Trans7 Mengalir Hingga Tasikmalaya

Kamis, 16 Okt 2025 - 11:59 WIB

Monitoring dan evaluasi Program Pesantren Ramah Anak (PRA) (Foto: gentra.id)

Berita

KPAD Dorong Pesantren Ramah Anak di Bungursari

Rabu, 15 Okt 2025 - 22:11 WIB

(foto: ilustrasi)

Artikel

Gap Year Bukan Tentang Berhenti, Tapi Tentang Bertumbuh

Senin, 13 Okt 2025 - 23:59 WIB