Gentra.id– Puluhan pelajar MTs Al-Mukhtariyah Tasikmalaya mengikuti kegiatan Kelas Keberagaman dengan mengunjungi Majelis Agama Konghucu Indonesia (MAKIN) dan Vihara di Kota Tasikmalaya. Kegiatan ini bertujuan memperluas wawasan pelajar tentang keragaman agama di Indonesia sekaligus menumbuhkan nilai toleransi sejak dini.
Kepala MTs Al-Mukhtariyah, Asep Rizal Asyari, menjelaskan bahwa sekolah secara rutin mengadakan kunjungan ke berbagai kelompok agama. Hal ini dilakukan agar siswa terbiasa menghargai perbedaan di masyarakat. Rizal menegaskan bahwa mereka ingin siswa memahami bahwa keberagaman adalah kenyataan yang harus disyukuri, bukan alasan untuk terpecah.
Kegiatan ini mendukung implementasi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) yang digagas Kementerian Agama. Asep menyatakan bahwa KBC menitikberatkan pada titik temu antarumat manusia, bukan perbedaan, sebagai upaya mengatasi krisis kemanusiaan yang berulang. Ia meyakini pendidikan menjadi pintu masuk perubahan sosial yang berkelanjutan.
Eksplorasi Nilai dan Ibadah di Vihara Kota Tasikmalaya
Di MAKIN Tasikmalaya, pengurus, termasuk Sudirjo sebagai perwakilan, menyambut para pelajar dengan hangat. Sudirjo mengapresiasi kunjungan tersebut dan berharap pertemuan ini memperkuat persaudaraan antarumat beragama di Tasikmalaya. Ia menjelaskan delapan kebajikan utama ajaran Konghucu, seperti cinta kasih (ren). Keadilan (yi), dan kejujuran (xin), yang bersifat universal dan sejalan dengan ajaran agama lain sebagai landasan moral membangun masyarakat harmonis.
Selain mengenal ajaran Konghucu, para pelajar juga mengunjungi Vihara di Jalan Pemuda. Pengurus Vihara di sana memperkenalkan tata cara ibadah umat Buddha dan menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang mereka junjung tinggi. Para siswa antusias mendengarkan penjelasan dan aktif mengajukan pertanyaan.
Forum SAJAJAR (Solidaritas Jaringan Kerja Antar Umat Beragama) mendukung kegiatan ini. Perwakilan forum, Azka Sudrajat, menegaskan bahwa pengenalan keragaman sejak dini penting untuk membangun bangsa inklusif. Ia mengingatkan bahwa meski saat ini lingkungan siswa mungkin homogen, kelak mereka akan berinteraksi di lingkungan heterogen.
“Dengan mengenal kelompok agama lain, diharapkan tumbuh rasa toleransi yang kuat,” ujarnya.
Azka menambahkan, kunjungan ini menjadi ruang belajar non-formal yang memberikan pengalaman langsung berinteraksi dengan komunitas agama lain. Sehingga meninggalkan kesan mendalam bagi pelajar.
Para siswa mengaku senang dan mendapatkan wawasan baru. Salah satu pelajar menyatakan, “Saya jadi tahu kalau setiap agama punya ajaran tentang kebaikan dan saling menghargai.”tutupnya.
Pengalaman ini diharapkan dapat membentuk pola pikir terbuka dan menumbuhkan sikap toleran pada generasi muda. Melalui Kelas Keberagaman, MTs Al-Mukhtariyah berkomitmen melahirkan generasi unggul akademik sekaligus memiliki kepekaan sosial dan semangat kebangsaan. Sekolah berencana melanjutkan program kunjungan lintas agama sebagai bagian dari pendidikan karakter yang humanis dan inklusif.