Career Napping: Seni Berhenti Sejenak agar Kariermu Melaju Lebih Jauh

Sabtu, 8 November 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Career napping adalah seni jeda karir untuk memberikan kesempatan  tubuh dan pikiran merencanakan karir lebih maju kedepan (Foto:Pixabay)

i

Career napping adalah seni jeda karir untuk memberikan kesempatan tubuh dan pikiran merencanakan karir lebih maju kedepan (Foto:Pixabay)

Di tengah hiruk pikuk dunia kerja yang serba cepat, kata “berhenti” sering kali terdengar menakutkan. Seolah-olah ketika kita mengambil jeda, dunia akan meninggalkan kita begitu saja. Padahal, tubuh manusia bukan mesin yang bisa terus berjalan tanpa henti. Sama seperti tubuh yang butuh tidur, karier pun memerlukan waktu untuk beristirahat.

Fenomena inilah yang kini dikenal dengan istilah career napping — sebuah fase di mana seseorang mengambil waktu jeda dari rutinitas kerja untuk menata ulang arah hidup dan kariernya.

Dunia Kerja yang Tak Pernah Tidur

Kita hidup di zaman di mana produktivitas sering dianggap sebagai ukuran keberhasilan. Banyak orang bangga dengan jadwal kerja yang padat, lembur setiap hari, atau tidak pernah mengambil cuti. Ungkapan seperti “tidak apa-apa capek, yang penting sukses” menjadi pembenaran yang ironis. Akibatnya, banyak pekerja yang tanpa sadar hidup dalam lingkaran lelah yang tak berujung.

Tekanan dari atasan, tuntutan target, hingga ketakutan tertinggal dari rekan kerja membuat banyak orang terjebak dalam mode “bertahan hidup” di dunia kerja. Namun, seiring berjalannya waktu, kelelahan itu menumpuk. Motivasi mulai menurun, ide-ide segar menguap, dan semangat kerja pun memudar. Di titik itulah, sebenarnya tubuh dan pikiran sedang memberi sinyal bahwa kita perlu berhenti sejenak.

Apa Itu Career Napping?

Secara sederhana, career napping berarti memberi waktu pada diri sendiri untuk beristirahat dari rutinitas karier yang intens. Istilah ini tidak selalu berarti resign dari pekerjaan. Bagi sebagian orang, career napping bisa berupa cuti panjang, jeda kerja beberapa bulan, atau bahkan sekadar mengurangi beban kerja untuk sementara waktu.

Tujuannya sederhana: mengembalikan energi dan menata ulang arah hidup. Dalam fase ini, seseorang biasanya mengevaluasi ulang tujuan kariernya, memahami apa yang benar-benar diinginkan, serta mencari kembali semangat yang mungkin hilang karena rutinitas yang melelahkan.

Konsep ini mulai populer di kalangan generasi muda yang sadar pentingnya keseimbangan hidup. Mereka tidak lagi melihat karier hanya sebagai jalan menuju kesuksesan materi, melainkan juga sebagai bagian dari perjalanan hidup yang perlu dijalani dengan sadar dan sehat.

Mengapa Kita Butuh Career Napping?

Bayangkan tubuhmu seperti ponsel. Ketika terus digunakan tanpa diisi daya, lama-kelamaan performanya akan menurun. Begitu juga dengan karier. Terlalu lama bekerja tanpa jeda hanya akan membuatmu kehilangan fokus, emosi tidak stabil, dan pada akhirnya bisa berujung pada burnout.

Career napping memberikan kesempatan bagi otak untuk bernafas. Dengan menjauh sejenak dari rutinitas, kamu bisa melihat gambaran besar tentang arah hidupmu. Apakah pekerjaanmu sekarang masih sesuai dengan tujuan awal? Apakah kamu masih menikmati apa yang kamu lakukan? Pertanyaan-pertanyaan sederhana ini sering kali terabaikan saat kita terjebak dalam ritme kerja yang terlalu cepat.

Selain itu, jeda karier juga membuka peluang untuk menemukan hal baru. Banyak orang yang justru menemukan passion baru, memulai bisnis, atau mengejar pendidikan tambahan setelah mengambil waktu rehat.

Dari perspektif psikologis, masa jeda ini dapat memperkuat ketahanan mental dan meningkatkan rasa percaya diri karena kita kembali bekerja dengan energi yang lebih segar dan pikiran yang lebih jernih.

Sisi Buruk Mengabaikan Career Napping

Sayangnya, tidak semua orang berani mengambil jeda. Ada yang takut kehilangan penghasilan, khawatir dianggap tidak ambisius, atau takut tertinggal dari rekan kerja lain. Akibatnya, mereka terus memaksakan diri. Dalam jangka panjang, hal ini bisa berdampak buruk pada kesehatan fisik maupun mental.

Burnout menjadi risiko nyata. Pekerja yang terus dipaksa produktif tanpa istirahat cenderung mengalami stres kronis, sulit tidur, bahkan kehilangan motivasi hidup. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kondisi mental yang terus ditekan dapat berujung pada depresi atau gangguan kecemasan.

Padahal, mengambil waktu istirahat bukan berarti menyerah. Sebaliknya, itu adalah bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri. Sama seperti mengisi ulang baterai ponsel, jeda karier adalah cara untuk memastikan kita tetap berfungsi optimal dalam jangka panjang.

Bagaimana Cara Memulai Career Napping?

Memulai career napping tidak harus ekstrem. Kamu bisa memulainya dari langkah-langkah kecil, seperti mengambil cuti tanpa rasa bersalah, mengatur waktu kerja yang lebih sehat, atau melakukan refleksi mingguan tentang hal-hal yang kamu syukuri dan ingin perbaiki.

Jika kamu merasa benar-benar lelah, tidak ada salahnya untuk mengambil waktu lebih lama. Gunakan masa ini untuk mengenal diri sendiri: apa yang kamu sukai, apa yang membuatmu bersemangat, dan apa yang ingin kamu ubah.

Bisa juga diisi dengan kegiatan yang memperkaya diri seperti membaca, berlibur, belajar keterampilan baru, atau bahkan sekadar menikmati waktu bersama keluarga.

Yang terpenting, jangan biarkan rasa takut menahanmu untuk beristirahat. Dunia tidak akan berhenti hanya karena kamu mengambil waktu untuk bernapas. Sebaliknya, ketika kamu kembali, kamu akan datang dengan energi baru dan perspektif yang lebih luas.

Penutup: Berhenti Bukan Berarti Gagal

Dalam dunia yang terus bergerak cepat, berani berhenti justru menjadi bentuk keberanian yang sesungguhnya. Career napping bukan tanda menyerah, melainkan cara cerdas untuk menjaga keseimbangan antara ambisi dan kesehatan mental.

Karier yang sukses bukan hanya tentang seberapa tinggi posisi yang kamu capai, tetapi juga seberapa bijak kamu menjaga diri di sepanjang perjalanan itu. Jadi, jika kamu mulai merasa lelah, kehilangan arah, atau jenuh dengan rutinitas, mungkin itu tanda bahwa sudah waktunya kamu mengambil napas sejenak. Karena kadang, untuk bisa melangkah lebih jauh, kita harus tahu kapan harus berhenti.

Follow WhatsApp Channel gentra.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Kalau Nggak Ada Screenshot Siapa yang Percaya?
Perempuan dan di Balik Kata Feminisme
Gen Z dan Fenomena Avoidant Attachment di Media Sosial
POV Gen Z Tingkat Akhir Tentang Arti Someone to Talk
Rambut Gondrong: Ekspresi Gaya atau Ancaman Negara?
Tirto Adhi Soerjo: Dari Pena ke Perlawanan, Warisan yang Tak Pernah Padam
Gap Year Bukan Tentang Berhenti, Tapi Tentang Bertumbuh
“Lelah Tapi Harus Kuat”, Fenomena Powerless di Kalangan Gen Z

Berita Terkait

Sabtu, 8 November 2025 - 17:46 WIB

Kalau Nggak Ada Screenshot Siapa yang Percaya?

Sabtu, 8 November 2025 - 06:49 WIB

Career Napping: Seni Berhenti Sejenak agar Kariermu Melaju Lebih Jauh

Jumat, 7 November 2025 - 22:45 WIB

Perempuan dan di Balik Kata Feminisme

Kamis, 6 November 2025 - 14:28 WIB

Gen Z dan Fenomena Avoidant Attachment di Media Sosial

Jumat, 31 Oktober 2025 - 21:06 WIB

POV Gen Z Tingkat Akhir Tentang Arti Someone to Talk

Berita Terbaru

Foto Ilustrasi

Artikel

Kalau Nggak Ada Screenshot Siapa yang Percaya?

Sabtu, 8 Nov 2025 - 17:46 WIB

Gambaran Perempuan dan Kata Feminsime (Foto: Istimewa)

Artikel

Perempuan dan di Balik Kata Feminisme

Jumat, 7 Nov 2025 - 22:45 WIB

Illustrasi fenomena avoidance attachments di ka lang ang gen Z (Foto: Pixabay)

Artikel

Gen Z dan Fenomena Avoidant Attachment di Media Sosial

Kamis, 6 Nov 2025 - 14:28 WIB