Warisan Budaya Batik yang Menyimpan Sejarah dan Keunikan dari Kota Santri

Rabu, 2 Oktober 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Batik (foto : Sahrul/Gentra)

i

Batik (foto : Sahrul/Gentra)

Gentra.id– Setiap tanggal 2 Oktober, Indonesia merayakan Hari Batik Nasional, sebuah peringatan untuk menghargai dan merayakan warisan budaya yang kaya dan penuh makna. Batik ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 2009 sebagai Warisan Budaya Tak Benda, batik bukan hanya sekadar kain, melainkan cerminan dari identitas dan sejarah bangsa.

Berbicara tentang batik, tentu di era modern sekarang banyak kalangan anak muda hingga orang tua yang sering menggunakan pakaian batik, tidak hanya digunakan dihari peringatannya saja, namun juga sudah menjadi tradsi dan kewajiban yang sudah di atur penggunaanya. Mulai dari anak sekolah dasar hingga para pejabat negara, hal ini dilakukan sebagai wujud kecintaan kita terhadap budaya indonesia.

Batik sendiri memiliki ciri khas yang berbeda disetiap daerahnya, salah satunya yaitu Tasikmalaya. Tasikmalaya, sebuah kota di Jawa Barat yang terkenal dengan kerajinan anyaman, ternyata juga menyimpan kekayaan budaya lainnya, yaitu batik. Meski tidak sepopuler batik dari Yogyakarta, Solo, atau Pekalongan, Batik Tasikmalaya memiliki ciri khas tersendiri yang menjadikannya unik dan menarik untuk dijelajahi.

Kota yang dijuluki juga sebagai kota santri ini memiliki sentra batik tasikmalaya di desa sukapura kecamatan sukaraja. Secara garis besar batik tasikmalaya memiliki motif batik yang cenderung memberikan kesan semangat kesederhanaan, terbuka, dan pluralis juga memperlihatkan kesan imut dan unyu selaras dengan citra umum wanita sunda.

Sejarah Singkat Batik Tasikmalaya

Jejak Batik Tasikmalaya tidak hanya baru-baru ini ditemukan, namun telah dikenal sejak masa Kerajaan Tarumanegara pada abad ke-4 hingga ke-7 Masehi. Hal ini diperkuat dengan keberadaan pohon tarum yang melimpah di wilayah tersebut.

Pohon tarum, yang menghasilkan pewarna alami berwarna biru indigo, menjadi bahan utama dalam proses pembuatan batik pada masa itu. Wilayah yang memiliki pohon tarum ini diantaranya daerah Mangunreja, Sukapura, Manonjaya, Wurug, dan Tasikmalaya Kota.

Motif Batik Tasikmalaya

Batik Tasikmalaya memiliki tiga motif yang paling dikenal, yaitu Batik Sukapura, Batik Sawoan, dan Batik Tasik. Batik Sukapura menampilkan kemiripan dengan Batik Madura, terutama dalam penggunaan warna kontras dan ukuran motif yang besar.

Sementara itu, Batik Sawoan didominasi oleh warna cokelat tua seperti buah sawo, dipadukan dengan warna indigo dan ornamen berwarna dasar putih, yang membuatnya mirip dengan Batik Solo dan Batik Cirebon. Sedangkan Batik Tasikmalaya memiliki ciri khas pada penggunaan warna-warna cerah, yang dipengaruhi oleh gaya batik pesisiran.

Motif batik tasikmlaya sendiri mempunyai beberapa jenis motif batik yang popular, diantaranya motif batik burung, motif batik payung, dan motif batik kacang panjang yang sangat kental dengan nuansa kota parahyangan.

Beberapa motif pengembangan dari batik tasikmalaya yang lain seperti batik bunga anggrek dengan isen-isen burung, motif batik merak ngibing, motif batik cala culu, motif batik pisang bali, motif batik sapu jagat, dan motif batik awi ngarambat.

Beberapa motif turunannya yang bermotif seperti akar, balimbing, antanan, guci latar batu, lancah tasik, rereng daun peuteuy papangkah, sente, tsunami udey, merak, gunung kawi, lamban samping, kadaka, lancah sawat ungu, renfiel, rereng orlet, rereng sintung, manuk latar sisik, manuk rereng peutey selong, merak latar haremis, sidomukti payung, taleus sukaraja, sisit naga, dan turih-wajit-Limar.

Dengan begitu, anak muda tasikmalaya wajib bangga dengan hasil budaya yang diwariskan oleh nenek moyang dari kota kelahiran sendiri, salah satunya yaitu batik.

 

Follow WhatsApp Channel gentra.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

KPAD Dorong Pesantren Ramah Anak di Bungursari
Tirto Adhi Soerjo: Dari Pena ke Perlawanan, Warisan yang Tak Pernah Padam
Hotel Cordela Suites Tasikmalaya Bantu Atasi Krisis Darah di Priangan Timur
Dari Ruang Kecil ke Gerakan Besar: Pers Mahasiswa Priangan Timur Bersatu di APM Priatim
Riset Gentra Data: 57,9 Persen Percakapan Publik soal MBG Bernada Negatif
Tuntut Kesejahteraan Jeritan Guru Madrasah Menggema di Jalanan
Alarm dari Tasikmalaya : MBG Bergizi di Atas Kertas Bermasalah di Lapangan
IMM Desak Pemkot Bentuk Komisi dan Lapangan Kerja Disabilitas

Berita Terkait

Rabu, 15 Oktober 2025 - 22:11 WIB

KPAD Dorong Pesantren Ramah Anak di Bungursari

Selasa, 14 Oktober 2025 - 11:35 WIB

Tirto Adhi Soerjo: Dari Pena ke Perlawanan, Warisan yang Tak Pernah Padam

Rabu, 8 Oktober 2025 - 20:47 WIB

Hotel Cordela Suites Tasikmalaya Bantu Atasi Krisis Darah di Priangan Timur

Selasa, 7 Oktober 2025 - 16:16 WIB

Dari Ruang Kecil ke Gerakan Besar: Pers Mahasiswa Priangan Timur Bersatu di APM Priatim

Jumat, 3 Oktober 2025 - 11:29 WIB

Riset Gentra Data: 57,9 Persen Percakapan Publik soal MBG Bernada Negatif

Berita Terbaru

Monitoring dan evaluasi Program Pesantren Ramah Anak (PRA) (Foto: gentra.id)

Berita

KPAD Dorong Pesantren Ramah Anak di Bungursari

Rabu, 15 Okt 2025 - 22:11 WIB

(foto: ilustrasi)

Artikel

Gap Year Bukan Tentang Berhenti, Tapi Tentang Bertumbuh

Senin, 13 Okt 2025 - 23:59 WIB