Gentra.id– Seorang pengguna X dengan akun cryochiroo membagikan sebuah foto yang memperlihatkan sebuah kotak. Bertuliskan “Donasikan bajumu, jaga bumimu, tetap indah berseri”. Namun, pemandangan yang terlihat sangat kontras karena sampah bekas kotak makan memenuhi kotak tersebut.
Mengomentari kejadian tersebut, cryochiroo menulis, “Indonesia boro-boro baca buku, baca tulisan yang sebesar ini aja ngga bisa.”
Dia melanjutkan, “Memang penempatan dan desain dari kotak tersebut juga bisa disalahkan. Tapi kita sebagai masyarakat Indonesia yang punya mata bisa mencoba untuk memanfaatkan 100% kemampuan mata kita. Untuk melihat dan membaca bahwa kotak tersebut bukan kotak sampah.”
“Orang kotak saran aja yang transparan dan tertulis ‘Kotak Saran’ aja kadang suka ada yang ngisi uang di dalamnya. Berarti memang literasi kita yang harus ditingkatin please.” tambahanya.
Di sisi lain, beberapa netizen turut memberikan pandangannya terkait desain tempat sampah tersebut. Seorang netizen menyarankan untuk melakukan riset perilaku masyarakat terlebih dahulu sebelum membuat desain seperti itu.
Akun X dengan nama pengguna anaktunggal1800 berpendapat, “Riset behaviour dulu sebelum bikin itu penting. Ketika kita tau indo tuh minim baca, jadi akalin di designnya. Misalkan emphasis copy ‘DONASI BAJU’, positioning textnya juga bisa disimpen di setiap sisi, gak didepan aja. Tinggal benchmark ke negara lain, banyak sebenernya.”
Indonesia di Peringkat 60 Dunia dalam Minat Membaca
Minat membaca buku di Indonesia masih terbilang sangat rendah. UNESCO mencatat, Indeks minat baca masyarakat Indonesia hanya mencapai 0,001%. Artinya dari 1.000 orang Indonesia, hanya satu orang yang rajin membaca.
Selain itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemenkominfo). Central Connecticut State University melakukan riset World’s Most Literate Nations Ranked pada Maret 2016. Riset tersebut menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-60 dari 61 negara dalam hal minat membaca. Berada tepat di bawah Thailand yang berada di peringkat ke-59, dan di atas Botswana di peringkat ke-61.
Menariknya, meski minat membaca masyarakat Indonesia masih rendah. Namun penilaian terhadap infrastruktur yang mendukung kegiatan membaca justru menunjukkan hasil yang lebih baik. Penyediaan fasilitas untuk membaca di Indonesia menduduki peringkat lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara Eropa. Namun, fakta ini menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara infrastruktur yang tersedia dan kebiasaan membaca masyarakat.
PISA (Programme for International Student Assessment). Merupakan sebuah studi internasional yang menilai kualitas sistem pendidikan. Denagn mengukur hasil belajar yang esensial untuk sukses di Abad ke-21, baru-baru ini merilis hasil literasi membaca pada tahun 2022. Meskipun Indonesia naik 5 peringkat dibandingkan dengan hasil tahun 2018, skor yang diperoleh menunjukkan penurunan. Indonesia masih berada di 11 peringkat terbawah dari 81 negara yang tercatat dalam survei tersebut. Indonesia menghadapi tantangan besar dalam meningkatkan kualitas literasi membaca di kalangan pelajar.
Solusi Meningkatan Minat Literasi
Pemerintah dan berbagai pihak berkomitmen untuk meningkatkan literasi di Indonesia melalui berbagai langkah strategis. Salah satunya adalah dengan mengembangkan dan merevitalisasi perpustakaan di seluruh wilayah Indonesia, terutama di daerah terpencil dan kurang berkembang. Langkah ini bertujuan untuk memastikan akses masyarakat terhadap sumber bacaan yang berkualitas.
Pemerintah akan meningkatkan anggaran untuk pengadaan buku. Khususnya untuk buku-buku berkualitas, termasuk buku-buku dalam bahasa daerah dan yang mengangkat kearifan lokal. Dengan begitu, masyarakat dapat lebih mudah mengakses bahan bacaan yang relevan dengan budaya dan identitas lokal.
Penting juga untuk membangun kebiasaan membaca sejak dini. Hal ini agar mereka dapat lebih tertarik untuk membaca. Dalam hal ini, gerakan literasi di sekolah juga menjadi fokus utama.
Pemerintah akan memanfaatkan teknologi pendidikan untuk meningkatkan literasi dan numerasi siswa. Dengan memanfaatkan teknologi, siswa dapat lebih mudah mengakses berbagai materi belajar yang bermanfaat. Gerakan ini juga mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan literasi dan numerasi mereka di luar kelas.
Literasi digital menjadi aspek penting lainnya. Peningkatan literasi digital akan mencakup kemampuan berpikir kritis. Teknik mencari informasi dan memanfaatkan media sosial untuk belajar. Serta memahami budaya digital dan cara aman di internet.