Gentra.id– Film berjudul ”Islah” yang digarap oleh sutradara Rian Bungsu dan diproduksi oleh Perspektif Film Studio, Tasikmalaya, berhasil meraih penghargaan sebagai ”Film Pendek Terbaik Kategori Peserta Umum” dalam ajang Festival Film Moderasi Beragama (FFPMB) 2024. Acara ini diselenggarakan oleh Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI pada Kamis, (29/08/2024).
Sang Sutradara, Riang Bungsu mengatakan bahwa pengertian dari islah sendiri yang berarti berserah atau pasrah. Film ini menceritakan sosok seorang pencopet yang dalam masa pengerjaannya dia teringat kata-kata dari seseorang yang akhirnya membuat dia melaksanakan sholat.
“Film Islah, Islah artinya berserah atau pasrah yang menceritakan tentang seorang pencopet yang dimana dalam pengajarannya dia teringat kata-kata seseorang yang membuat dia akhirnya melaksanakan sholat. Didalam pengejarannya ternyata para pengejar itu mengintil si pencopet yang sudah masuk ke masjid. Nah, ketika si copet sedang melaksanakan sholat dan ternyata si hansip ini yang mengejar juga belom sholat. Akhirnya mereka memutuskan untuk sholat berjamaah bersama si copet. Sedangkan yang kehilangan dompet itu beragama non muslim, dia menunggu diluar dan membereskan sandal kepunyaan pencopet dan hansip itu”. Ucapnya.
Filosofi dari pembuatan film ini yaitu bagaimana muatan-muatan moderasi atau toleransi terhadap agama bisa dijunjung tinggi. Sekaligus mengkritisi para oknum polisi di Masjid Al-Aqsa yang masih memakai sepatu saat masuk ke dalam masjid.
“Secara filosofi bahwa disini ada muatan muatan bagaimana moderasi atau toleransi terhadap beragama itu sangat dijunjung tinggi. Apalagi film ini dilatarbelakangi oleh Kebudayaan-kebudayaan pesantren yang ada di Tasikmalaya. Salah satunya saya pernah melihat bahwa kalo seorang ustadz datang ke masjid para santri itu berebut untuk membereskan sandalnya . Dan dalam film ini saya sekaligus mengkritisi ada beberapa peristiwa saat itu ada beberapa oknum polisi atau kejadian di mesjid al-alqsa dimana mereka seenaknya memakai sepatu dan masuk kedalam sebuah masjid atau mushola. Itu bagian dari dasar terjadinya sebuah film ini”.ujarnya.
Terkait proses Pembuatan film ‘Islah’ ini Rian mengungkapkan bahwa dia mengambil lokasi untuk shooting di daerah Panumbangan, Kabupaten Ciamis.
“Untuk proses pembuatan Islah saya buat di daerah panumbangan, cimis.karena secara setting itu sangat mendukung adegan yang ada dalam naskah tersebut”. Ujarnya.
Film ini juga berkolaborasi antara perspektif film studio dan Komekaf Boboko yang ada di Ciamis.
“Film ini berkolaborasi antara Persfektif Film Studio dan Komekaf Boboko atau komunitas ekonomi kreatif yang ada di ciamis. Para pemainnya pun berasal dari Tasik dan Ciamis”. katanya
Kemudian, Rian menambahkan untuk support sendiri lahir secara Swadaya dan anggaran pembuatan film ini menggunakan anggaran dari para kru dan pemain.
“Masalah support, film ini lahir secara swadaya, yang dimana anggaran ini kita dapat untuk proses pembuatan film ini menggunakan anggaran pribadi, menggunakan anggaran gotong royong para kru dan pemain”. Tambahnya.
Terakhir, Rian berharap untuk dunia perfilman Tasikmalaya kedepannya dapat menjadi barometer perfilman khususnya di priangan timur dan menjadikan ekosistem produksi film di Tasikmalaya dapat berkembang. Festival Film ini juga menjadi bukti dari Rian dan Rekan-rekannya untuk bertanggung jawab agar ekosistem dunia perfilman tetap hidup.
“Harapan kedepan untuk dunia perfilman Tasik sangat jelas bahwa tasik ini menjadi barometer ferfilman di priangan timur khusunya dan saya berharap bagaimana ekosistem produksi film secara komersil atau industri film di tasik itu berkembang. Dan untuk kejuaraan ini adalah bonus. Yang terpenting Bagi saya dengan membuat film dan mengikutinya dan diikuti sertakannya kedalam festival film itu sebagai bentuk tanggungjawab saya dan teman-teman untuk bagaimana ekosistem dunia perfilman ini tetap hidup”. Pungkasnya