Gentra.id – Puluhan siswa Madrasah Al-Mukhtariyah Rancaman, Mangkubum, Kota Tasikmalaya melakukan kunjungan edukatif ke Vihara dan Klenteng di Tasikmalaya, Senin, (2/9/2024).
Kunjungan ini merupakan bagian dari program pendidikan lintas agama yang bertujuan untuk memperkenalkan siswa pada nilai-nilai toleransi dan menghargai perbedaan. Dalam kunjungan tersebut, para siswa diberi kesempatan untuk melihat langsung proses ibadah dan mendapatkan penjelasan mengenai ajaran-ajaran agama Buddha dan Konghucu yang dianut oleh masyarakat Tionghoa.
Para siswa tampak antusias mengikuti rangkaian acara yang dimulai dengan kunjungan ke Kong Miao MAKIN Tasikmalaya (klenteng). Mereka diajak berkeliling oleh pengurus klenteng yang menjelaskan sejarah dan makna dari berbagai simbol yang ada di tempat ibadah tersebut.
Setelah itu, rombongan melanjutkan perjalanan ke Vihara Avalokitesvara yang tak kalah sarat dengan nilai-nilai spiritual. Di sini, para siswa diajarkan tentang filosofi dan prinsip-prinsip ajaran Buddha, serta pentingnya meditasi dan kedamaian batin dalam kehidupan sehari-hari.
Kepala MTS Al-Mukhtariyah Asep Rizal Asyari mengatakan, bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya sekolah untuk memperkaya wawasan siswa mengenai keragaman budaya dan agama di Indonesia.
“Kami ingin siswa-siswa kami tidak hanya memahami agama mereka sendiri, tetapi juga memiliki pengetahuan yang luas tentang agama lain, sehingga tercipta sikap saling menghormati dan toleransi antar umat beragama,” kata Asep kepada gentra.id
Asep yang juga Ketua Forum Bhinneka Tunggal Ika (FBTI) menyampaikan, melalui program ini, kami mencoba membangun ruang dialog dan membuka interaksi dengan lintas agama di Tasikmalaya.
“Melalui ruang interaksi yang inklusif, kami meyakini generasi muda di Tasikmalaya ke depan akan lebih berpikiran terbuka, mampu menghargai perbedaan,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Majelis Agama Budha Tridarma Tasikmalaya Andi William, menyambut baik kehadiran siswa madrasah ke Vihara. Menurutnya, kunjungan seperti ini akan menghilangkan prasangka yang berujung tindakan intoleran.
“Melihat generasi muda yang toleran, dapat menghargai perbedaan dan bersatu di tengah keberagaman, saya percaya Indonesia emas di 2024 bisa tercapai,” pungkasnya.