Gentra.id – Pada ajang bergengsi Pasanggiri Drama Basa Sunda yang diselenggarakan oleh Teater Sunda Kiwari, yang diselenggarakan di Bandung, Jawa Barat, Teater Dongkrak berhasil mencatatkan prestasi membanggakan dengan meraih juara ketiga dan nominasi Musik terbaik. Pertunjukan yang diusung oleh grup Teater asal Kota Tasikmalaya ini memukau dewan juri dan penonton dengan performa yang kuat dan penuh emosi.
Dalam lomba tersebut, Teater Dongkrak membawakan naskah berjudul “Amara Rababu,” sebuah drama sosial yang membawa cerita mengisahkan perselingkuhan Putra Mahkota Kerajaan Galuh Rahyang Mandiminyak alias Amara dan kakak iparnya, Nay Pwahaci Rababu, istri dari Raja Resi Kabataraan Galunggung, Rahyang Sempak Waja.”
Dengan penggarapan yang detail dan akting para pemain yang memukau, Teater Dongkrak berhasil menciptakan suasana yang intens sekaligus menyentuh. Sutradara “Amara Rababu”, Tatang Pahat mengkukapkan, konsep pementasan kali ini berbeda dengan sebelumnya dimana pertunjukan ini dikemas surealis dengan membangun imajinasi lewat setting yang temporer atau absurt.
“Setting panggung dibuat absurd tidak menyerupai benda atau setting pada umumnya, hal ini dilakukan sebagai sebuah peluang untuk penonton membuka imjanisinya se-liar mungkin”. Ucap Tatang Pahat.
Selain itu Sutradara kawakan asli Tasikmalaya ini mengungkapkan rasa syukurnya atas pencapaian tersebut.
“Kami sangat bangga bisa meraih posisi ketiga di antara grup-grup teater hebat lainnya. Ini adalah bukti kerja keras dan dedikasi seluruh tim. Kami berharap bisa terus berkarya dan membawa pesan yang kuat melalui seni teater.” Pungkas Tatang.
Senada dengan Penata Musik, Aji Juansyah selaku komposer musik di pertunjukan ”Amara Rababu” merasa bangga atas capaian ini, apalagi beliau mengatakan bahwa Penata Musik Teater Dongkrak sudah mendapatkan penghargaan berturut-turut dalam beberpa tahun terakhir, artinya ini sebuah potensi besar yang harus dijaga eksistensinya.
”kita sudah beberapa kali mendapatkan juara sebagai musik terbaik di FPBS secara terus menerus, dan ini menjadi peluang dan peringatan bagi kami untuk terus berlatih dan melakukan banyak pematangan dalam bermusik”. Ucap Aji.
Aji Juansyah yang juga komandan dari kelompok musik tradisional ”Awi Sal(R)asa”, mengatakan bahwa konsep dalam pertunjukan ”Amara Rababu” sepenuhnya menggunakan alat musik bambu dan di oles sentuhan suara Tarawangsa. Aji mengungkapkan konsep garap musik mempunyai nuansa kontemplasi nuansa pedalaman dengan mengangkat energi spiritual yang damai dan alami.
Ketua Teater Dongkrak Tasikmalaya, Wit Jabo menambahkan, kejuaraan kali ini cukup membanggakan apalagi dengan perjalanan yang tidak gampang. Sebuah pertunjukana yang melalui proses waktu berbulan-bulan ini banyak sekali kendalanya, seperti pergantian pemain, perubahan konsep hingga kendala finansial.
”Penghargaan paling besar adalah ketika kami bisa bersilaturahmi dengan kelompok teater di acara tersbut, bisa berjumpa dengan penggiat atau seniman Teater yang sudah lebih senior, dan kita Teater Dongkrak kedepannya akan kembali menggarap naskah baru, masuk kembali ke dalam siklus garapan teater dari awal lagi.” katanya.
Teater Dongkrak Tasikmalaya yang berdiri tahun 1990 ini termasuk kelompok teater yang masih eksis sampai saat ini serta memiliki jumlah anggota yang terbilang konsisten dan berpengalaman. Meski meraih posisi ketiga, Teater Dongkrak dianggap sebagai salah satu bintang pada malam penganugerahan berkat kekuatan daya tarik tubuh pertunjukan, mereka yang mampu menyentuh hati penonton. Keberhasilan ini menambah daftar prestasi Teater Dongkrak di dunia seni peran dan menunjukkan bahwa mereka tetap konsisten dalam memberikan yang terbaik.
Selamat kepada Teater Dongkrak atas pencapaiannya!
Penulis : Erbe