Generasi Z (Gen Z)—yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012—dikenal sebagai generasi yang adaptif, melek teknologi, dan memiliki ekspektasi tinggi terhadap pekerjaan. Namun, survei menunjukkan bahwa mereka juga lebih cepat berhenti kerja dibanding generasi sebelumnya. Fenomena ini sering menjadi perbincangan, terutama di kalangan HRD dan perusahaan yang kesulitan mempertahankan karyawan muda.
Lalu, mengapa Gen Z cenderung mudah resign? Berikut adalah tujuh alasan utama yang menjelaskan tren ini.
1. Mengutamakan Work-Life Balance
Berbeda dengan generasi sebelumnya yang cenderung menerima budaya kerja lembur, Gen Z lebih memprioritaskan keseimbangan hidup dan pekerjaan. Mereka mencari perusahaan yang memberikan fleksibilitas waktu kerja, kesempatan untuk remote working, serta menghargai kesehatan mental. Jika pekerjaan terlalu menekan atau menyita terlalu banyak waktu, mereka tidak ragu untuk mencari opsi lain yang lebih sesuai dengan gaya hidup mereka.
2. Tidak Mau Terjebak dalam Rutinitas yang Membosankan
Gen Z dikenal sebagai generasi yang kreatif dan suka eksplorasi. Mereka tidak ingin terjebak dalam pekerjaan yang terasa monoton atau minim tantangan. Jika merasa pekerjaannya tidak berkembang atau tidak memberi kesempatan belajar, mereka lebih memilih untuk pindah ke perusahaan lain yang menawarkan pengalaman baru dan lebih menarik.
3. Ekspektasi Gaji yang Lebih Tinggi
Gen Z memiliki ekspektasi yang lebih tinggi terhadap gaji dan kompensasi dibanding generasi sebelumnya. Mereka cenderung lebih berani menuntut upah yang sepadan dengan usaha dan keahlian yang mereka miliki. Jika merasa perusahaan tidak memberikan kompensasi yang layak atau sulit untuk naik gaji, mereka tidak akan ragu untuk mencari peluang kerja di tempat lain.
4. Tidak Toleran terhadap Lingkungan Kerja yang Toxic
Gen Z memiliki kesadaran tinggi terhadap pentingnya kesehatan mental dan lingkungan kerja yang sehat. Mereka tidak segan untuk meninggalkan pekerjaan jika merasa lingkungan kerja toxic, seperti adanya senioritas berlebihan, bullying, atau budaya kerja yang tidak mendukung kesejahteraan karyawan. Bagi mereka, tempat kerja harus menjadi ruang yang nyaman dan mendukung pertumbuhan profesional maupun pribadi.
- Baca juga: Gen Z gampang Homesick? Yu, Simak Penjelasannya!
- Baca juga: Love Language Gen Z? Ini Jenis-Jenis Love Languagenya !
- Baca juga: Kegemaran Membaca di Tasikmalaya Meningkat, Gen Z Makin Literate!
5. Lebih Memilih Pekerjaan yang Sesuai dengan Nilai dan Passion
Gen Z sangat peduli terhadap nilai-nilai yang dianut oleh perusahaan. Mereka ingin bekerja di tempat yang memiliki misi dan visi yang sejalan dengan prinsip pribadi mereka, seperti keberlanjutan lingkungan, inklusivitas, atau inovasi teknologi. Jika mereka merasa pekerjaan yang dijalani tidak sesuai dengan passion atau nilai yang mereka pegang, mereka cenderung memilih untuk keluar dan mencari pekerjaan yang lebih cocok.
6. Mudah Mendapatkan Peluang Karir Baru
Dengan perkembangan teknologi dan kemudahan akses informasi, Gen Z memiliki lebih banyak kesempatan untuk mencari pekerjaan baru. Platform seperti LinkedIn, Jobstreet, dan Glints memudahkan mereka untuk melamar pekerjaan dengan cepat. Ditambah lagi, tren gig economy dan freelance membuat mereka tidak bergantung pada satu pekerjaan tetap, melainkan bisa mencari penghasilan dari berbagai sumber.
7. Terbiasa dengan Lingkungan yang Dinamis
Gen Z tumbuh di era perubahan yang sangat cepat, sehingga mereka cenderung tidak takut menghadapi ketidakpastian. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang cenderung loyal terhadap satu perusahaan dalam jangka waktu lama, Gen Z lebih fleksibel dan siap berpindah kerja jika merasa ada kesempatan yang lebih baik di tempat lain.
Fenomena Gen Z yang cenderung mudah berhenti kerja bukan berarti mereka malas atau tidak memiliki loyalitas. Sebaliknya, mereka adalah generasi yang lebih sadar akan nilai diri, kesejahteraan mental, serta peluang karir yang lebih baik.
Bagi perusahaan yang ingin mempertahankan talenta muda ini, penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang fleksibel, memberikan kesempatan berkembang, serta menawarkan kompensasi yang kompetitif. Dengan memahami pola pikir dan kebutuhan Gen Z, perusahaan bisa mengurangi tingkat turnover dan membangun tim yang lebih solid serta produktif.