Gentra.id – Upacara Seren Taun 1957 saka Sunda sukses digelar pada tanggal 24-29 Juni 2024. Kegiatan ini bertempat di area Paseban,Cigugur, kuningan.
Koordinator Solidaritas Jaringan Antarumat Beragama dan Kepercayaan (Sajajar), Usama Ahmad Rizal mengungkapkan, upacara Seren Taun Cigugur ini bukan hanya sebagai simbol kebudayaan saja, namun juga mencerminkan toleransi dari beragamnya latar belakang etnis dan agama yang berkumpul di tengah ancaman polariasi dan inteloeransi.
“Cigugur bukan hanya menjadi simbol kebudayaan Sunda, namun keberagaman pun terwujud dalam kehidupan keseharian, dan itu semakin terlihat ketika seren taun dilaksanakan, dimana beragam latar belakang etnis dan agama berkumpul bersama. Potret toleransi tersebut patut kita syukuri di tengah ancaman polarisasi dan intoleransi, “ kata Rizal.
Selain itu, Rizal menambahkan bahwa Seren taun ini merupakan wujud nyata dari toleransi dalam masyarakat Sunda.
“Seren Taun juga merupakan wujud nyata dari toleransi dalam masyarakat Sunda. Upacara ini melibatkan berbagai elemen masyarakat, termasuk berbagai kelompok agama, suku, dan latar belakang sosial yang berbeda, “ tambah Rizal.
Rizal mengatakan dalam rangkaian Upacara Seren Taun ini berbagai elemen budaya ditampilkan mulai dari musik tradisional,tarian ,dan makanan sebagai cerminan kekayaan dan keberagaman budaya Sunda.
“Dalam Seren Taun, berbagai elemen budaya seperti musik tradisional, tarian, dan makanan khas turut berperan serta, mencerminkan kekayaan dan keberagaman budaya Sunda. Acara ini tidak hanya melibatkan orang dewasa tetapi juga anak-anak, menunjukkan bagaimana tradisi ini diwariskan dari generasi ke generasi, “ ujar Rizal.
Keterlibatan Lintas Iman dalam Upacara Seren Taun
Disamping itu, Sekretaris Pers Pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah Indonesia ( PB JAI) Yendra Budiana mengatakan perayaan Seren taun ini dihadiri oleh berbagai daerah dan elemen masyarakat serta kelompok-kelompok agama mulai dari komunitas muslim ahmadiyah, kristen, katolik dan muslim sebagai wujud inklusivitas.
“Perayaan seren taun dihadiri dan dimeriahkan dari berbagai daerah seperti Cimahi, Garut, Tasik majelengka dan lain sebagainya dan dihadiri oleh para tokoh, pejabat, dan tentu saja masyarakat termasuk kelompok-kelompok agama di antaranya adalah komunitas muslim Ahmadiyah kemudian dari Kristen, katolik dan Muslim lainnya Ini adalah sebuah acara milik bersama, sebuah acara yang menunjukkan juga inklusivitas, “ ungkap Yendra.
Yendra berharap kehadiran Jemaat Ahamdiyah dalam upacara Seren taun ini menjadi bukti semangat persaudaraan terus terjaga dan menjadi inspirasi untuk menciptakan kehidupan yang damai dan harmonis.
“komunitas muslim Ahmadiyah hadir bersama sebagai sebuah bagian daripada warga orang Sunda dan juga bagian daripada warga negara bangsa Indonesia kehadiran Jemaat Ahmadiyah dalam Seren taun menjadi bukti nyata semangat persaudaraan dan saling menghargai antar umat beragama di Indonesia semoga semangat ini terus terjaga dan menjadi inspirasi bagi terciptanya kehidupan yang harmonis dan penuh kedamaian, “ kata Yendra.
Komisioner Komnas Perempuan dan Pengurus Adat Karuhun Urang (AKUR) Sunda Wiwitan, Dewi Kanti menjelaskan kegiatan Seren taun ini juga menjadi ajang silaturahmi karena dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat serta menjadi sumber pengetahuan tentang salah satu ikon warisan budaya adat sunda bagi masyarakat indonesia dan dunia.
“Buat kami kegiatan ini tidak hanya untuk bisa kami nikmati atau miliki tetapi ini bisa menjadi sumber pengetahuan bagi masyarakat bagi Indonesia dan bagi dunia. Pertemuan ini dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat dan pemerintah baik tingkat provinsi kabupaten berbagai agama etnis dan kepercayaan menjadikan ajang silaturahmi seluruh elemen masyarakat yang hadir untuk melihat perayaan seren taunn tersebut,” jelas Dewi.
Cerminan Toleransi Dalam Kegiatan Seren Taun
Beberapa cara di mana toleransi tercermin dalam Seren Taun, yang pertama yaitu adanya partisipasi beragama kelompok karena banyak mengundang partisipasi dari berbagai kelompok masyarakat, baik dari latar belakang agama maupun suku yang berbeda yang menunjukkan sikap inklusif dalam menghargai perbedaan.
Yang kedua melalui penghormatan terhadap kepercayaan, dalam hal ini meskipun Seren taun berakar pada tradisi dan kepercayaan lokal, acara ini tetap terbuka bagi mereka yang memiliki kepercayaan lain. Masyarakat saling menghormati keyakinan satu sama lain dan ikut serta dalam semangat kkebersamaa.
Yang ketiga melalui Kolaborasi Antar Komunitas, hal ini terlihat dari persiapan dan pelaksanaan Seren Taun melibatkan kerjasama antar komunitas untuk memastikan acara berjalan lancar.
Dan yang terakhir adanya Pembelajaran Budaya , melalui Seren Taun ini masyarakat dapat belajar tentang budaya dan tradisi satu sama lain. Hal ini tentunya dilakukan dalam rangka memperkuat pemahaman dan keberagaman yang ada dalam masyarakat.