Gentra.id– Tasikmalaya nggak lagi cuma menyandang predikat sebagai Kota Santri, tapi juga membuktikan diri sebagai kota yang menjunjung tinggi toleransi. Di sini, keberagaman agama bukan sekadar wacana, tapi udah jadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Buktinya? Data terbaru dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tasikmalaya tahun 2024. Menunjukkan kalau meskipun mayoritas penduduknya beragama Islam (760.051 jiwa), kota ini juga jadi rumah buat ribuan penganut agama lain.
Ada 8.085 jiwa yang beragama Protestan, dan 1.883 jiwa Katolik. Serta 677 jiwa Buddha, 20 jiwa Hindu, dan 123 jiwa yang termasuk dalam kategori agama lainnya. Angka-angka ini nunjukin kalau Tasikmalaya gak cuma satu warna, tapi penuh dengan keberagaman yang tetap bisa hidup rukun bareng-bareng.
Semua Agama Punya Tempatnya
Keberagaman ini tersebar di berbagai kecamatan. Kawalu dan Mangkubumi jadi wilayah dengan pemeluk Islam terbanyak, masing-masing 104.839 jiwa dan 103.307 jiwa. Sementara itu, kalau ngomongin Protestan, Cihideung jadi juaranya dengan 3.302 jiwa, diikuti oleh Tawang dengan <strong>1.459 jiwa.
Cihideung juga jadi salah satu kecamatan dengan penganut agama paling beragam. Karena selain Protestan, di sini juga ada 688 jiwa yang beragama Katolik dan 428 jiwa penganut Buddha. Sedangkan Hindu, meskipun jumlahnya lebih sedikit, tetap eksis di beberapa kecamatan kayak Cibeureum dan Tawang.
Tasikmalaya = Toleransi Nyata
Data ini nunjukin kalau Tasikmalaya gak cuma ngomong doang soal toleransi, tapi benar-benar ngebuktiin lewat kehidupan sehari-hari. Di sini, orang-orang dari latar belakang agama berbeda bisa hidup berdampingan, saling support, dan gak gampang kebawa arus perpecahan.
Kita bisa lihat dari berbagai kegiatan sosial yang melibatkan semua komunitas agama. Kayak aksi kemanusiaan, gerakan kebersihan kota, dan program kesejahteraan yang gak mandang latar belakang keyakinan. Forum lintas agama di Tasik aktif menyikapi berbagai isu sensitif dan langsung mengambil peran untuk menyelesaikannya secara damai.
Dengan keberagaman yang udah terjaga selama ini, Tasikmalaya bisa jadi role model buat daerah lain dalam menjaga toleransi. Ke depannya, tantangan pasti ada, tapi kalau masyarakat tetap solid, saling menghormati, dan gak gampang kepancing isu negatif. Tentunya kota ini bakal terus berkembang jadi tempat yang aman dan nyaman buat semua orang, tanpa terkecuali.
So, kita sebagai warga Tasik, yuk tetap jaga semangat kebersamaan ini! Karena toleransi itu bukan sekadar kata-kata, tapi sesuatu yang kita lakuin setiap hari.