Gentra.id- Hujan deras yang disertai angin kencang melanda Kecamatan Tamansari, Purbaratu, dan Cibereum pada Selasa sore (12/3/2025). Akibatnya, sejumlah pohon tumbang di Jalan Sewaka, Jalan Khoer Apandi, Perum Kota Baru. Serta beberapa kelurahan seperti Sumelap, Kersanegara, dan Cibereum. Tak hanya itu, rumah warga di Kelurahan Setiajaya, Sukaasih, Sukanagara, dan Ciherang juga mengalami kerusakan akibat terpaan angin kencang.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Tasikmalaya, Ucu Anwar, mengonfirmasi bahwa selain hujan deras dan angin kencang, beberapa wilayah juga mengalami hujan es.
“Alhamdulillah meski kerusakannya cukup masif, tidak ada korban dalam kejadian bencana ini,” katanya
Meskipun dampak kerusakan cukup besar, ia memastikan bahwa tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Ia juga menambahkan bahwa fenomena cuaca ekstrem diperkirakan masih akan berlangsung hingga akhir Maret. Sementara status tanggap darurat tetap berlaku hingga Mei.
“Kalau SK tanggap darurat sampai dengan bulan Mei,” tambahnya.
Apa Itu Cuaca Ekstrem?
BMKG menjelaskan bahwa cuaca ekstrem terjadi ketika fenomena alam tidak berlangsung secara normal. Yang ditandai dengan curah hujan yang tinggi, angin bertiup kencang, dan suhu mencapai level ekstrem. Kemudian kelembapan udara berubah drastis, serta jarak pandang menjadi terbatas. Kondisi ini berpotensi menimbulkan bencana dan kerugian.
Mitigasi Cuaca Ekstrem
Untuk menghadapi kondisi cuaca ekstrem, BNPB dan BPBD merekomendasikan beberapa langkah mitigasi berikut:
- Mengenali potensi bencana yang dapat terjadi serta langkah-langkah mitigasinya.
- Memahami peringatan dini cuaca ekstrem dan tingkatannya.
- Memantau prakiraan cuaca dari BMKG dan BPBD setempat secara berkala.
- Menjaga kesehatan serta mewaspadai penyakit yang muncul akibat cuaca ekstrem.
- Menjaga kebersihan lingkungan dan tempat tinggal.
- Menyimpan barang penting dalam tas siaga dan barang berharga di tempat aman.
- Menyediakan perlindungan diri bagi yang beraktivitas di luar ruangan.
- Mengikuti arahan pemerintah dan relawan saat evakuasi.
- Menggunakan kanal pengaduan darurat untuk melaporkan bencana.
- Memeriksa kondisi listrik, gas, dan sumber energi lainnya serta melaporkan kerusakan kepada pihak berwenang.
Jenis Bencana Akibat Cuaca Ekstrem
BMKG mengidentifikasi beberapa potensi bencana akibat cuaca ekstrem, di antaranya:
- Hujan lebat
- Angin kencang disertai petir
- Puting beliung
- Hujan es
- Suhu udara ekstrem
- Jarak pandang terbatas
- Kebakaran hutan dan lahan
- Siklon tropis
Penyebab Cuaca Ekstrem
Beberapa faktor memicu terjadinya fenomena cuaca ekstrem, seperti:
- Peningkatan aktivitas Monsun Asia yang memicu pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia bagian barat, tengah, dan selatan.
- Intensifikasi seruakan dingin Asia yang meningkatkan kecepatan angin serta curah hujan di beberapa wilayah. Seperti Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
- Pembentukan pusat tekanan rendah di perairan selatan Indonesia yang menyebabkan curah hujan tinggi dan angin kencang.
- Aktivitas gelombang atmosfer seperti Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan Rossby Ekuatorial. Yang meningkatkan curah hujan di bagian tengah dan timur Indonesia.
Tingkat Peringatan Cuaca Ekstrem
BMKG menetapkan empat tingkatan peringatan dini cuaca ekstrem, yaitu:
- Hijau (Tidak Ada Peringatan): Tidak teridentifikasi potensi cuaca ekstrem.
- Kuning (Waspada): BMKG mendeteksi potensi cuaca ekstrem yang harus diwaspadai.
- Oranye (Siaga): Kemungkinan besar terjadi cuaca ekstrem dan masyarakat perlu bersiap.
- Merah (Awas): BMKG memprediksi cuaca ekstrem dengan dampak signifikan akan terjadi dalam waktu dekat.
Untuk itu, pemerintah dan lembaga terkait harus menyampaikan peringatan dini cuaca ekstrem melalui berbagai kanal informasi agar masyarakat lebih waspada. Dengan pemahaman dan kesiapsiagaan yang meningkat, masyarakat dapat mengurangi risiko serta dampak dari cuaca ekstrem.