Gentra.id — Hujan deras yang mengguyur Tasikmalaya pada 1 November 2025 kembali menyebabkan genangan di sejumlah titik kota. Air meluap ke jalan hingga permukiman akibat saluran air yang tersumbat sampah. Peristiwa ini memicu gelombang percakapan di media sosial, di mana banyak warganet menyuarakan keresahan terhadap kondisi lingkungan dan penanganan banjir yang dinilai belum optimal.
Berdasarkan analisis Gentra Data terhadap ribuan percakapan daring, kata “banjir” tercatat muncul sebanyak 546 kali, menjadi episentrum utama dalam diskusi publik seputar isu lingkungan di Tasikmalaya. Dari seluruh pembahasan yang terpantau, 42,3% warganet menyoroti isu banjir, 31,3% membahas persoalan sampah, dan 26,4% menyinggung peran Pemerintah Kota Tasikmalaya dalam menjaga sistem drainase dan kebersihan lingkungan.
Hasil analisis sentimen menunjukkan bahwa 56,6% percakapan bernada negatif, mencerminkan kekecewaan terhadap kebiasaan warga membuang sampah sembarangan serta lemahnya perawatan drainase kota yang menyebabkan air mudah meluap. Sementara itu, 23,6% percakapan bersifat netral, berupa laporan situasi tanpa muatan opini. Adapun 19,8% percakapan positif, umumnya berupa dukungan bagi warga terdampak dan harapan agar pemerintah segera memperbaiki sistem pengelolaan lingkungan.
“Saluran air di depan rumah kami sudah dangkal dan jarang dibersihkan. Kalau hujan sedikit saja, air langsung naik ke jalan. Drainase harus dibenahi, bukan cuma disapu kalau sudah banjir,” ujar Rizal salah satu warga Tasikmalaya saat di temui Gentra di lokasi genangan
Ia menilai perbaikan sistem drainase perlu dilakukan menyeluruh dan terjadwal agar genangan tidak terus berulang setiap musim hujan.
Gentra Data mencatat, lonjakan perbincangan publik terjadi pada 1–3 November 2025, sesaat setelah foto-foto genangan beredar di media sosial. Dalam perbincangan itu, banyak warga menilai lemahnya sistem drainase kota sebagai akar persoalan, disertai kritik terhadap kurangnya tindakan preventif pemerintah dan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan.
Menurut Redaksi Gentra Data, dinamika opini publik ini menunjukkan bahwa banjir telah menjadi indikator kepercayaan warga terhadap kinerja pemerintah kota. “Isu drainase kini tidak hanya soal teknis, tetapi mencerminkan sejauh mana pemerintah transparan dan konsisten dalam menjaga kebersihan serta keselamatan lingkungan warga,” tulis Gentra Data dalam laporannya.
Dari keseluruhan temuan, Gentra Data menilai bahwa penanganan banjir di Tasikmalaya memerlukan pendekatan kolaboratif antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah diharapkan memperbaiki sistem drainase dan memperkuat program pengelolaan sampah terpadu, sementara warga diimbau aktif menjaga kebersihan lingkungan agar tidak memperparah sumbatan saluran air.
Dengan komitmen bersama, Tasikmalaya diharapkan dapat bertransformasi menjadi kota yang lebih bersih, adaptif, dan tangguh menghadapi tantangan lingkungan ke depan.






