Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) berhasil meraih suara signifikan di Kabupaten Tasikmalaya. Dari 7 dapil PDIP mampu meraih 9 kursi pada Pileg (Pemilihan Legislatif) 2024 DPRD Kabupaten dengan raihan suara 176.684.
Hal tersebut merupakan pengesahan dari rapat pleno terbuka di tingkat kabupaten yang dilakukan oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum). Rapat pleno tersebut turut dihadiri oleh saksi parpol maupun paslon, dan juga Bawaslu.
Padahal pada Pileg 2019, PDIP hanya mampu meraih 6 kursi dengan total 121.467 suara.
Selain peningkatan suara di pileg, PDIP juga berhasil mencatatkan sejarah dengan menempatkan kadernya Ade Sugianto menjadi Bupati Tasikmalaya yang berpasangan dengan Cecep Nurul Yakin (PPP) pada Pilkada 2020 dengan total raihan suara 315.332 (32,19℅).
Melesatnya suara PDIP tidak berbanding lurus dengan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Di daerah yang berjuluk kota santri ini, paslon yang diusung oleh PDIP yakni Ganjar-Mahfud hanya mendapatkan 96.396 suara, kalah jauh dengan Anies -Muhaimin yang mendapatkan 433.119 suara dan Prabowo – Gibran 559.490 suara.
Sebelumnya, Tim Pemenangan Daerah (TPD) menargetkan suara pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Ganjar-Mahfud memperoleh 35 persen di Kabupaten Tasikmalaya.
“Selain dibekali modal berupa perolehan suara empat partai pendukung yang mencapai hampir 250.000, Keberadaan duet Kepala Daerah di Kabupaten Tasikmalaya yakni Bupati Ade Sugianto dan Wabup Cecep Nurul Yakin diyakini punya dampak signifikan dalam upaya pemenangan duet Ganjar Mahfud di Pilpres 2024,” kata Ketua TPD Basuki Rahmat di Hotel Amaris, Senin, (28/12/2023) kepada media.
Anomali Suara Ganjar-Mahud
Walaupun suara PDIP nampak ada kenaikan di Tasikmalaya dan unggul di level nasional (berdasarkan Quick Count). Namun tak dibarengi dengan naiknya suara Ganjar-Mahfud.
Nampaknya, Split-ticket voting, menjadi teori yang kiranya dapat menjawab kontradiksi hasil suara yang berbeda tersebut.
Split-ticket voting secara sederhana dapat diartikan bahwa konstituen atau pemilih sebuah partai politik tidak otomatis memilih capres maupun cawapres yang diusung oleh partai yang sama.
Selain itu, nampaknya PDIP tak ingin kalah di dua ajang sekaligus. Dan dalam hal ini, tampak lebih mengaktualisasikan strategi mengamankan pemilihan legislatif (Pileg) yang mana hal ini penting karena akan menghadapi Pilkada pada 2024.